Bersabarlah Kamu dengan Sabar yang Baik

 Kalam Hati,


"فاصبر صبرا جميلا "

BERSABARLAH KAMU DENGAN SABAR YANG BAIK


Setiap manusia pasti akan mengalami ujian dalam hidup. Ada yang diuji dalam hal ekonomi, rumah tangga, kesehatan, dan sebagainya. 

Banyak orang yang berkata "Sabar.. Ini ujian dari Allah" jika kita tertimpa musibah. Namun, apakah kita mampu bersabar? Ya, itu memang kembali pada diri kita masing masing. 

Sebagai seorang anak perempuan, pastinya aku membutuhkan perhatian dari orang tua, terutama dari sosok ayah. Tapi, entah kenapa beliau tiba tiba berubah dari sosok ayah yang ramah menjadi pemarah. Perubahan yang terjadi pada beliau sangat cepat.

Di sisi lain, ibuku sudah mengalami stroke selama hampir sebelas tahun. 

Itukah ujianku? Ya, setiap manusia pasti di uji. Bahkan bisa bertahap ke yang lebih sulit. Bagaimana pun juga, tetap kembali pada diri kita. Jika kita ikhlas menjalani masa sulit dan bersyukur bisa melewatinya, maka itulah sabar. Allah tidak akan menguji hambaNya diluar kemampuan hambaNya. Next..

Setengah tahun setelah keluar dari pondok dan melanjutkan pendidikan ke yang lebih tinggi, ayah sudah tidak mau bekerja lagi -Beliau jualan kelapa di pasar-. Untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan bisa tetap melanjutkan kuliahku, aku harus melanjutkan usaha orang tuaku. Apalagi aku mempunyai dua adik yang masih kecil. Aku harus jadi pengganti tulang punggung keluarga. 

Ayah sering marah-marah tanpa sebab. Kadang pidato sendiri. Ayah sering melampiaskan kemarahannya ke ibu. Sampai adik-adikku nangis. Ibuku yang tiba-tiba dijewer, kepalanya dipukul pakai krudung, krudungnya ditarik-tarik, tetap milih diam karena memang tidak bisa melawan. (Di sini memang ada keuntungan bagi ibu, mencari syurga Allah melalui sikap ayah yang seperti itu).

Dulu, waktu masih bekerja, ayah sering bagikan uang hasil jualan ke temennya. Entah untuk apa. Jadi, bukannya keuntungan yang didapat. Tapi kerugian dengan menumpuk hutang karena tidak bisa membayar setoran jualan. Untuk melunasi hutang-hutang itu, aku harus lebih giat lagi bekerja.

Awalnya sulit menggantikan peran ayah, berjualan kelapa. Dari mengupas batok kelapa, mengupas kulit kelapa, sampai memarut kelapa. Di sini tahap yang paling susah buat aku adalah mengupas batok kelapa. Butuh waktu lama buatku untuk menyelesaikan satu kelapa. Kudu nangis. Ya, air mata keluar seketika. Tapi aku tetap usaha sampai aku benar-benar bisa.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menghormati yang Lebih Tua dan Menyayangi yang Lebih Muda